“ KERUSUHAN AMBON ”
https://www.youtube.com/watch?v=Jb3ncei3l-U
Kejadian : 11
September 2011
A.
PENDAHULUAN
Kata pengantar
Indonesia
adalah negara dengan banyak perbedaan. Oleh karenanya bermacam-macam konflik
sering terjadi. Karena memiliki banyak perbedaan sehingga tidak heran jika
sering terjadi hal-hal yang berbau konflik. Ada
konfilk yang dilatar belakangi oleh kelompok, ada juga yang dilatar
belakangi oleh individu. Masalah pribadi bisa saja dibawa kesebuah kelompok
yang itu akan membawa perpecahan dan membawa kehancuran yang menimbulkan
konflik. Beberapa macam konflik itu sendiri yaitu konflik agama, konflik
budaya, konflik suku dan juga konflik sosial. Berikut ini akan dibahas mengenai
pengertian konflik, problematika konflik diindonesia, dinamika konflik dan
pesan dakwah serta dibahas mengenai perspektif dakwah multikultural. Analisa sebuah
kejadian konflik yang terjadi diindonesia.
1.
Pengertian
konflik
a.
Konflik
adalah salah satu esensi dari kehidupan dan perkembangan manusia yang mempunyai
karakteristik yang beragam. Manusia memiliki perbedaan jenis kelamin, strata
sosial, dan ekonomi, sistem hukum, bangsa, suku agama kepercayaan, aliran
politik, serta budaya dan tujuan hidupnya. Dalam sejarah umat manusia,
perbedaan inilah yang selalu menimbulkan konflik. Selama masih ada perbedaan
tersebut, konflik tidak dapat dihindari dan selalu akan terjadi. Dari sini ada
benarnya jika sejarah sosial manusia merupakan sejarah koflik. Konflik selalu
terjadi didunia, dalam sistem sosial yamg bernama negara, bangsa, organisasi,
perusahaan, dan bahkan dalam sistem sosial terkecil yang bernama keluarga dan
pertemanaan. Konflik terjadi dimasa lalu, sekarang, dan pasti akan terjadi
dimasa yang akan datang.
b.
Secara
singkat konflik adalah pertentangan. Pada dasarnya koflik merupakan bagian dari
kehidupan yang pernah dapat diatasi sepanjang sejarah manusia(Wiliam Chang,
2003: 27). Menurut Karl Marx, konflik
adalah gejala yang selalu melekat di dalam setiap masyarakat. Setiap unsur
dalam masyarakat memberikan sumbangan bagi terjadinya disintegrasi diatas
penguasaan atau dominasi yang dilakukan oleh sejumlah orang terhadap sejumlah
orang lain. Perhatiannya lebih mengenai konflik, menggagas tentang teori konflik. Beberapa
asumsi tentang teori konflik. Beberapa asumsi dasar dari teori konflik :
1.
Setiap
masyarakat berada dalam proses perubahan yang tidak pernah berakhir atau
perubahan sosial merupakan gejala sosial yang melekat pada masyarakat.
2.
Setiap
unsur dalam masyarakat menyumbang disintegrasi dan perubahan sosial.
3.
Setiap
masyarakat terintegrasi di atas penguasaan atau dominasi sejumlah orang yang
lain.
Berdasarkan asumsi diatas penganut pendekatan konflik memandang
konflik sebagai gejala yang melekat pada masyarakat.
c.
Konflik
adalah sebuah persepsi yang berbeda dalam melihat suatu situasi dan kondisi
yang selanjutnya ter-aplikasikan dalam bentuk aksi-aksi sehingga telah
menimbulkan pertentangan dengan pihak-pihak tertentu. Untuk lebih jelas tentang
pengertian konflik dapat kita lihat definisi dari konflik yang dikemukakan oleh
para ahli di dawah ini, yaitu :
1)
Stephen
P. Robbins: “ kami mendefinisikan konflik sebagai suatu proses dimana A
melakukan usaha yang sengaja dibuat untuk menghilangkan usaha-usaha B dengan
sebentuk usaha untuk menghalangi sehingga mengakibatkan frustasinpada B dalam
usaha untuk mencapai tujuannya atau dalam meneruskan
kepentingan-kepentingannya.”
2)
Luthan,
F. (1985:385) mengartikan konflik merupakan ketidaksesuaian nilai dan tujuan
antara anggota organisasi, sebagaimana dikemukakan berikut, “ Conflict has
been defined as the condition of objective incompatibility between values or
goal, as the behavior of deliberately interfering with another’s goal
achievement, and emotionally in term of hostility.”
3)
DuBrin,
A. J. (1984:346) mengartikan konflik mengacu pada pertentangan antar individu
atau kelompok yang dapat meningkatkan ketegangan sebagai akibat saling
menghalangi dalam pencapaian tujuan sebagaimana dikemukakan sebagai berikut: “Conflict
in the context used, refers to the opposition of persons or persons or forces
that gives rise some tension. It occurs when two or more parties (individuals,
groups, organization) perceive mutually exclusive goals, or events.”
4)
T .
Hani Handoko: “ Pada hakikatnya konflik dapat didefinisikan sebagai segala macam
interaksi pertentangan atau antagonistik antara dua atau lebih pihak.” Lebih
jauh T. Hani Handoko mengatakan tentang koflik organisasi, yaitu: “Konflik
organisasi (organizational conflict) adalah ketidaksesuaian antara dua atau lebih
anggota-anggota atau kelompok –kelompok organisasi yang timbul karena adanya
kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya–sumber daya yang terbatas atau
kegiatan-kegiatan kerja dan/atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai
perbedaan status,tujuan, nilai atau persepsi.”
2.
Problematika
Konflik diindonesia
Bebagai
macam konflik yang sering terjadi di Ambon menjadi bukti mengenai banyaknya
problematika konflik yang ada di bangsa ini. Salah satu yang sering terjadi
diambon dilatar belakangi oleh agama, namun tidak hanya karena agama saja,
masih banyak beberapa penyabab-penyebabnya.
Latar
belakang dan faktor penyebab terjadinya konflik di Ambon, keragaman etnis dan
agama di Ambon serta proporsi yang berimbang secara kuantitas dari berbagai
unsur dan pelapisan dalam masyarakat sesungguhnya merupakan potensi konflik
yang latent sejak puluhan tahun lalu. Sejarah panjang Ambon selalu
diwarnai oleh persaingan terselubung
umat islam dan Kristen. Tak heran jika keretakan hubungan antar warga di Ambon
sangat mudah terjadi juka isu agama disulut. Hal tersebut terlihat dari
pendapat responden sebanyak 24,4% yang menyatakan bahwa sumber keretakan
hubungan antar warga adalah perkataan atau sikap individu atau kelompok
masyarakat yang dirasakan merendahkan dan menghinakan agama atau keyakinan
warga masyarakat lainnya (berdasarkan penelitian).
Meskipun
demikaian, agama bukanlah satu-satunya isu yang dapat menyulut konflik.
Kecenderungan psikologis masyarakat Ambon khususnya dan Maluku pada umumnya
yang sangat menjunjung tinggi martabat dan harga diri justru menjadi faktor
utama terjadinya berbagai keretakan hubungan antar warga. Hal tersebut terjadi
jika seseorang atau kelompok merasa terhina atas sikap dan perkataan orang atau
kelompok lainnya. Terlihat dari jawaban 29,3% responden yang menyatakan bahwa
sumber keretakan adalah perkataan atau sikap yang dapat menyinggung perasaan
dan harga diri warga lain (Berdasarkan penelitian).
Menetapnya
berbagai suku pendatang di Ambon pada taraf tertentu juga dapat menjadi sumber
persoalan. Kelompok pendatang yang umumnya mempunyai spirit of fighting
dan etos kerja yang tinggi, sangat memungkinkan untuk dapat menguasai berbagai
sektor ekonomi. Hal tersebut terlihat dari 18,3 responden yang menyatakan bahwa
penguasaan lapangan pekerjaan oleh kelompok etnis tertentu merupakan salah satu
faktor utama yang menyulut konflik di Ambon
(Berdasarkan penelitian).
Konflik
disertai kekerasan (violence conflict) yang berlarut-larut yang terjadi
dikodya Ambon telah menelan ribuan korban jiwa dan kerugian materiil yang luar
biasa banyaknya. Kerusakan infrastuktur parah membuat roda perekonomian berjala
sangat lambat. Berbagai fasilitas umum belum bisa dipergunakan sebagaimana
mestinya. Warga masyarakat terfragmentasi dalam dua kelompok besar, yakni umat
islam dan kristen. Polarisasi tersebut
bukan lagi hanya berada pada ranah kesadaran akan identitas diri, melainkan
juga merambah pada wilayah territorial bahkan kerja formal.
Sejak
terjadinya konflik, secara territorial, umumnya desa-desa di Ambon terbagi ke
dalam desa-desa/kelurahan yang menjadi wilayah ‘kekuasaan’ warga Muslim dan
desa-desa/kelurahan yang menjadi wilayah ‘kekuasaan’ warga Kristiani. Kelurahan
Kudamati Gunung Nona, Passo, Soya, Hative dan Pusat kota disepanjang Jalan
Anthoni Reebok misalnya adalah desa-desa yang menjadi wilayah umat Kristiani.
Sementara Kelurahan Batu Merah, Air Salobar, Pelabuhan Mahardika dan pusat kota
disepanjang Jalan Sultan Baabullah merupakan wilayah islam.
Konsekwensi
dari polaritas tersebut adalah mahalnya biaya transportas, karena sarana
angkutan yang biasanya dapat menjangkau seluruh wilayah Ambon yang memang tidak
begitu luas, terpaksa harus berhenti ketika mulai memasuki wilayah territorial
warga yang berlainan agama dengan sopir pembawa angkutan. Sebagai dampak
lanjutnya, harga-harga komoditas yang membutuhkan sarana pengangkutanpun juga
turut melonjak naik. Tak heran jika di Ambon, biaya hidup juga tergolong
tinggi, karena mahalnya harga kebutuhan pokok. Polarisasi dua kelompok yang
bertikai itu juga berimbas pada sektor ekonomi, dimana berbagai kegiatan
transaksi ekonomi, hanya terjadi di kalangan warga yang seidentitas saja.
Kejadian
tragis diambon juga dapat dibagi menjadi dua kelompok sesuai dengan waktu
kejadiannya; yakni Kerusuhan Ambon jilid I pada 19 Januari - 10 Maret dan
Kerusuhan Ambon Jilid II yang diawali dengan pecahnya kerusuhan di Pulau Sapura
pada hari Kamis, tanggal 15 Juli 1999. Jika mau melihat kasus secara lebih
jernih, kerusuhan yang terjadi di tanah Ambon pada dasarnya bukanlah kerusuhan
yang tunggal
Dalam
waktu yang hampir bersamaan, sepanjang tahun 2008 setelah masa Orde Baru
berakhir hingga tahun 2001 (dan hingga saat ini), muncul berbagai kasus
kekerasan yang terjadi ditengah masyarakat. Peristiwa-peristiwa tersebut
terjadi dengan berbagai variasinya, mulai dengan beberapa tragedi kerusuhan
pembubaran mahasiswa, kasus berdarah d sejumlah daerah, kerusuhan antarsuku,
kelompok dan agama, hingga kasus teror dan ancaman bom. Bukan tidak mungkin
sejumlah elite bermain dalam peristiwa ini mengingat betapa masif, terencana
dan terorganisirnya berbagai kerusuhan yang terjadi sepanjang tahun-tahun
tersebut.
Mengenai
kasus Ambon, ada analisis menarik yang bisa dibaca di situs fortunecity. Media
dan berbagai kelompok masyarakat melihat konflik ini semata-mata sebagai
konflik dan pertikaian antaragama, yaitu antara kelompok Islam dan
Kristen(Nasrani). Jika simbol agama sudah digunakan sebagai pemicu konflik,
efeknya akan sangat berbahaya karena sifatnya yang sangat sensitif. Selain itu,
keberadaan aparat yang dianggap begitu lamban dalam mengatasi pertikaian dan
malah ikut memperkeruh keadaan. Banyak pihak menuding, aparat seolah membiarkan
kerusuhan pecah sehingga maninggalkan korban dan dampak yang sangat besar.
3.
Jenis
konflik dan Akar permasalahan
Jenis
konflik yang terjadi di ambon pada tanggal 11 September 2011 menurut saya
termasuk dalam jenis konflik sosial, hal ini
di buktikan dengan adanya dua kelompok yang bertikai yang kemudian
mengakibatkan kerusuhan. Membaca dari berbagai sumber berita yang ada
penyebabnya yakni lantaran ada seorang tukang ojek yang meninggal dunia. Ada
dua faktor yang menyebabkan pertikaian, yang pertama karena kematian tukang
ojek disebabkan kecelakaan sepeda
motor, dan yang kedua mengira bahwa meninggalnya tukang ojek tersebut karena
dibunuh.
Penyebab
kerusuhan Ambon adalah tewasnya Darmin Saiman. Darmin Saiman adalah korban
meninggal dunia pada kecelakaan motor di Ambon pada hari Sabtu. Darmin adalah seorang tukang ojek
dikabarkan tewas dibunuh. Padahal, Darmin adalah korban kecelakaan lalu lintas.
Menurut Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam di
Jakarta, Darmin tewas karena kecelakaan murni. “Dia mengendarai sepeda motor.
Ia dari arah stasiun TVRI, Gunung Nona, menuju pos Benteng. Didaerah sekitar tempat pembuangan sampah,
yang bersangkutan hilang kendali dan menabrak pohon gadihu,” papar Anton. Namun
tersiar kabar, Darmin tewas karena dibunuh. Kabar kematian darmin itulah yang
menjadi pemicu bentrokan dan kerusuhan Ambon. Itulah yang memicu aksi massa.
Bentrokan pun terjadi usai pemakaman korban, Minggu siang. Warga dari dua
kelompok saling berhadap-hadapan dan saling menyerang dengan lemparan batu.
Kejadian
itu tidak hanya menewaskan Darmin Naiman, namun juga menewaskan tiga orang
lainnya. Korban yang diidentifikasi bernama Sahrun Ely (22) itu tewas dengan
luka tembakan di dagu. Dua orang tewas lainnya sempat dibawa ke RSUD dr M
Haulussy, Ambon. Mereka tewas karena luka tembak aparat kepolisian saat upaya
penghalauan massa. Korban tewas teridentifikasi sebagai Djefry Siahaan yang
terkena timah panas di bagian perut dan Cliford Belegur yang tertembak di
bagian dada sebelah kiri. Djefry adalah seorang guru yang tengah bertugas di
Ambon. Sementara Cliford, murid kelas III SMA Negeri 12 Ambon.
Penyebab Kerusuhan Ambon terjadi menurut Kabareskrim Mabes Polri
Komjen Pol Sutarman adalah seorang warga yang mengalami kecelakaan
tunggal, selanjutnya si pengemudi diamuk kelompok massa tertentu. Tidak
menerima perlakuan tersebut, maka pihak pengemudi yang digebukin masa kembali
dan melancarkan balas dendam.
Berikut Kronologis kerusuhan Ambon menurut
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam :
Menurut dia, hal tersebut bermula dari
kecelakaan tunggal, menurutnya kejadian kecelakaan murni dialami oleh Darmin
Saiman yang mengendarai sepeda motor dari arah stasiun TVRI, gunung Nona,
menuju Pos Benteng. Disekitar tempat pembuangan sampah, yang bersangkutan
hilang kendali dan menabrak pohon Gadihu, ia kemudian menabrak rumah seorang
warga disana bersama okto. Ia mengatakan, nyawa tukang ojek itu tak
terselamatkan sebelum sampai ke Rumah Sakit. Hal inilah yang menimbulkan dugaan
ia sebenarnya dibunuh, bukan kaena kecelakaan. Hasil otopsi dari dokter
mengatakan bahwa itu adalah kecelakaan murni.
Pertikaian akibat kematian pria tersebut
terjadi antara dua kelompok. Mereka saling melempar batu dan merusak sejumlah
fasilitas. Sampai saat ini dikabarkan satu orang meninggal akibat kerusuhan
tersebut, akibat kerusuhan itu juga penduduk yang ada disekitar kerusuhan
memilih untuk mengungsi mencari tempat yang aman. Pihak TNI dan Polri saat ini
siap siaga dilokasi kerusuhan dan seluruh kot Ambon, untuk mengantisipasi
terjadinya kerusuhan susulan. Kerusuhan Ambon ini menunjukan kepada kita bahwa,
betapa masih rapuhnya persatuan dan kesatuan kita sebagai sesama, rasa saling
kasih mengasihi juga sangat masih jauh. Kemudian kita juga masih mudah di
Provokasi. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pihak terkait. Semoga saja ini
bukan kerja-kerja intelijen.
B. Dinamika
Konflik dan Pesan Dakwah
1. Model Dakwah : Konflik berlatar Ras dan
Suku/Etnis
Konflik yang terjadi di Ambon ketika
dipahami akan menjadi banyak pemahaman, kerusuhan ini bisa dikatakan sebagai
konflik yang berlatar belakang antar ras dan suku. Banyak pendapat yang
memperdebatkan latar belakang terjadinya kerusuhan di Ambon. Karena itu akan dibahas
sekilas mengenai konflik antar suku bangsa.
Konflik antar suku bangsa ada dan terwujud
dalam hubungan antar sukubangsa, terjadi karena perebutan sumberdaya-sumberdaya
berharga dan mempertahankan kehormatan jatidiri dari anggota-anggota komunitas
sukubangsa setempat dengan golongan-golongan sukubangsa lainnya. Konflik antar
suku bangsa, pada awalnya dimulai dari warga suku bangsa yang merasa dirugikan
oleh suatu perbuatan yang tidak adil yang dilakukan oleh pihak lawannya, atau
karena dirasakan tidak adanya atau tidak cukupnya aturan main yang adil dan
prosedur-prosedur yang dapat digunakan untuk menjembatani perbedaan-perbedaan
yang dapat memecahkan dan menghentikan konfik tersebut (Koch, 1971 dan Parsudi
2004a).
Secara hipotesis konflik antar suku bangsa
dapat dicegah bila dalam hubungan-hubungan sosial antar sukubangsa-sukubangsa
yang berbeda, yang terwujud dalam kerjasama, persaingan dan konflik dalam
memperebutkan sumbrdaya-sumberdaya berharga dan mempertahankan kehormatan jati
diri suku bangsaatau kesuku bangsaanya, terdapat aturan-aturan main yang adil,
tersedianya saluran-saluran komunikasi yang dapat meredukasi subyektivitas dari
stereotip dalam hubungan antar suku bangsa, dan adanya penegak hukum sebagi
pihak ketiga yang netral dan bertindak selaku wasit yang adil dan dapat
dipercaya oleh masyarakat suku bangsa.
Budaya adalah proses proses dan hasil karya
kemanusiaan. Dari sudut pandang manusia, budaya itu dengan sendirinya
mengandung makna positif. Budaya adalah proses rohani, suatu proses yang hanya
bisa dialami oleh manusia, karena hanya manusialah yang memiliki roh. Tujuan
proses itu adalah menciptakan dunia yang lebih baik bagi manusia. “Lebih baik”
disini adalah lebih manusiawi.
Kekerasan adalah tindakan yang berlawanan
dengan kemanusiaan. Oleh sebab itu ia tidak bisa disebut sebagai tindakan
berbudaya. Kekerasan sebenarnya adalah sebuah bentuk anti-budaya. Istilah
“budaya kekerasan” itu sendiri, jika dirasakan mengandung sinisme yang dalam.
Istilah itu tidak dimaksudkan untuk mengatakan bahwa kekerasan adalah sebuah
karya budaya. Ia sudah menjadi salah kaprah.
Dalam psikologi, tindak kekerasan itu
dikatakan sebagai berasal dari kecederungan yang terdapat pada diri manusia,
yan disebut agresi (aggression).agresi digambarkan dengan tindakan
manusia yang membunuh sebagai cara untuk, misalnya merampok milik orang lain,
melakukan penyiksaan terhadap tahanan, sebagai cara oran mempertahankan diri
terhadap serangan orang lain atau untuk membalas dendam. Tindakan agresi itu
bisa menyakiti atau bahkan menyebabkan kematian (orang lain). Dalam pengertian
yang lebih modern, agresi tidak hanya tertuju atau diderita oleh manusia,
tetapijuga oleh binatang, tetumbuhan dan bahkan benda mati. Perusakan
lingkungan juga suatu tindak kekerasan.
Didalam al Qur’an diceritakan bahwa Tuhan
berfirman kepada malaikat bahwa IA akan menunjuk manusia sebagai khalifah
(penguasa) di bumi, para malaikat mengajukan protes. Kata mereka:”Mengapa
Engkau hendak menjadikan khalifah dimuka bumi, mahluk yang hendak berbuat kerusakan
dan menumpahkan darah?” (Q.s al Baqarah: 30).tapi Tuhan menjawab bahwa Ia
mengetahui yang terang maupun yang ghoib. Lalu dipertunjukannya kemampuan
manusia dalam mengeja nama segala sesuatu.
Dari ayat al Qur’an itu diperoleh
keterangan bahwa manusia memang memiliki kecenderungan agresi dan destruktif,
termasuk menumpahkan darah. Tetapi manusia memiliki kelebihan yaitu kemepuan
budayanya. Dengan kmampuan budaya itulah manusia memiliki kualifikasi untuk
menjadi khalifah di muka bumi.
Oleh sebab itu maka untuk mengurangi dan
mencegah kekerasan, diperlukan kerja budaya. Pembawaan agresif manusia yang
senantiasa mencari kesempatan untuk termanifes harus dikendalikan dengan
kebudayaan. Pemberantasan kemiskinan, hukum dan peraturan, pengembangan rohani
manusia sebagai lahan tumbuhnya karya budya, adalah bentuk-bentuk upaya untuk
meredam kekerasan dengan menciptakan kondisi budaya lagi perilaku manusia.
2. Model Dakwah : Konflik Berlatar Agama
Hubungan
erat antara pendidikan dan agama Kristen
dikepulauan ambon telah terjadi sampai abad ke-20. Agama Kristen telah
memungkinkan banyak penganut Kristen Ambon memperoleh kesempatan menempuh
pendidikan barat jauh lebih awal
dibanding kebanyakan penduduk Indonesia lainnya. Sekolah-sekolah yang pertama
kali didirikan oleh Belanda adalah sekolah (Kristen). Sebagaimana yang terjadi
pada masa penjajahan portugis, kebanyakan dari siswa pada masa pemerintahan
belanda berasal dari keluarga raja.
Raja
adalah pemuka atau kepala negeri yang memperoleh kekuasaan secara turun
temurun. Raja berasal dari suku tertentu. Suku tersebut menguasai tahta atau
singgasana untuk pemerintah negeri atas persetujuan penguasa belanda, yaitu
gubernur jenderal.oleh karena itu, bukanlah sesuatu yang mengherankan bahwa
pada masa pemerintahan kolonial belanda, sebagian besar raja menjadi instrumen
atau agen pemerintah, terutama dalam pengumpulan cengkeh dari rakyat.
Kemunculan Nasionalisme Indonesia di Maluku,
awal abad ke-20 ditandai dengan permulaan lahirnya Nasionalisme Indonesia di
kepulauan tersebut. Salah satu dari organisasi nasionalis di Ambon adalah
Sarekat Ambon yang didirikan oleh A. Y. Patty, seorang Ambon beragama Kristen,
pada tahun 1920. Dia adalah seorang emigran yang tinggal di Semarang. Kegiatan
politik organisasi nasionalis seperti kegiatan Boedi Oetomo di Jawa pada tahun
1908 telah memberikan inspirasi kepada A.Y.Patty untuk mendirikan Sarekat Ambon
di Semarang. Patty percaya pada idealisme persatuan nasional baik antara
orang-orang Indonesia lainnya.
Perbedaan
agama diantara orang-orang Ambon dan akibat negatifnya terhadap persatuan dan
kemajuan masyarakat merupakan salah satu perhatian utama dari Patty. Dia
mengatakan : “Selama organisasi menjadikan agama sebagai dasarnya dan
membeda-bedakan di antara keyakinan yang
ada, maka selama itu perjuangan untuk kemajuan tidak akan dapat dicapai dan
organisasi seperti itu bukan untuk rakyat, tetapi sebaliknya, justru karenanya
persatuan di kalangan rakyat bisa pecah”.
Terdapat
banyak pilhan untuk mencegah konflik antaretnik dan agama. Sebab konflik
antaretnik dan agama lebih bersifat latent(tersembunyi) dari pada sebaliknya.
Upaya konkret yang dapat dilakukan adalah melalui jalan mengelola konfliknya.
Atau, memanaj konflik agar tidak berubah bentuk menjadi tindak kekerasan. Upaya
pencegahan yang efektif adalah melakukan berbagai cara, yakni advokasi atau
gerakan yang bisa mereduksi potensi-potensi konflik dalam kehidupan masyarakat.
Caranya adlah mendampingi kelompok-kelompok atau kantong-kantong masyarakat
yang rentan terhadap konflik. Gerakan ituharus dilakukan secara terus-menerus.
Fokusnya, mereduksi persoalan konkret yang melilit kehidupan mereka, misalnya
ekonomi dan pendidikan. Selain itu, gerakan pemberdayaan terhadap kualitas
pemahaman agama dan wawasan kebangsaan mutlak diperlukan.
Konflik
berkepanjangan yang terjadi Ambon sejak pecah pada tanggal 19 Januari 1999.
Fase kolonial dimulai ketika portugis yang masuk ke pulau Ambon sekitar
tahun1512 M dibawah pimpinan Fransesco Serraon mendarat disekitar desa Kaitetu
yang terletak di pesisir jasera Leihitu.
Di wilayah ini telah berdiri sejak tahun 1400 M satu kerajaan atau
negeri, yakni Negeri Hitu yang terkenal dengan rajanya Latu Sitania. Daerah
kekuasaan Negeri Hitu meliputi hampir sebagian besar pulau Ambon dengan
penduduknya yang beragama islam.
Dengan
masuknya portugis yang bukan hanya membawa kepentingan ekonomi lewat
berdagang rempah-rempah, melainkan juga
membawa misi penyebaran agama, menjadi titik pangkal terjadiny gesekan
bernuansa agama di wilayah Ambon. Perkembangan agama Protestan di Ambon yang
sangat cepat tdak dapat dipisahkan dari arus kebijakan Pemerintah Kolonial
Belanda yang banyak memberikan previllage kepada mereka pemerintah Belanda juga membuat kebijakan yang
cenderung diskriminatif di dalam memperlakukan penduduk Ambon yang beragama
Protestan dengan islam. Kondisi tersebut cukup mempengaruhi psikologi
masyarakat Ambon, sehingga kesenjangan ekonomi, politik dan budaya yang terus
berlangsung dari masa penjajahan sampai awal-awal kemerdekaan menyisakan
kecurigaan dari kelompok Islam.
C.Perspektif Dakwah Multikultural
1. Pendekatan Normatif
Berdasarkan norma, konflik yang terjdi diambon sangatlah
menentang norma aturan yang berlaku, dalam faktanya kekerasan yang dilakukan
tidak melihat apa dampak yang akan terjadi, konflik yang terjadi karena maslah
individu yang kemudian menarik sebuah kelompok. Kebiasaan
umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan
wilayah tertentu. Norma akan berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan
sosial masyarakatnya, sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma
merupakan hasil buatan manusia sebagai makhluk sosial.
Pada awalnya, aturan ini dibentuk
secara tidak sengaja. Lama-kelamaan norma-norma itu disusun atau dibentuk
secara sadar. Norma dalam masyarakat berisis tata tertib, aturan, dan petunjuk
standar perilaku yang pantas atau wajar.
Kejadian di Ambon ketika dicermati dalam segi norma sangatlah tidak sesuai
dengan norma yang telah ditentukan. Mereka melakukan tindak kekerasan dengan
berantai, penyebabnya hanya karena salah paham dan karena ada salah satu yang
memprovokasi. Merasa sesama kelompoknya harus dibela maka terjadilah kerusuhan,
dan dampaknya mengatasnamakan agama. Kehidupan sosial masyarakat yang maih
terlalu mudah untuk diprovokasi sehingga konfik diAmbon sering terjadi karena
hal kecil.
Berdasarkan Etika, tidak setiap hal
menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap
kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu
ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga
tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika
melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.
Dilihat dari sudut baik buruknya kejadian yang terjadi di Ambon sangatlah jauh
dari kata baik, melihat dampak yang terjadi ketika kerusuhan berahir. Bahkan
ketika terjadi kerusuhan, tindakan yang dilakukan oleh para pelaku sangatlah
tidak baik. Mereka membakar kendaraan yang ada, serta saling melempar dengan
batu dan ada pula yang menggunakan senjata tajam lainnya yang mengakibatkan
meninggalnya salah seorang masa yang ada dalam kerusuhan.
Berdasarkan
susila dan undang-undang. Perbuatan atau tingkah laku yang menyimpang dari
norma-norma atau kaidah kesopanan yang saat ini cenderung banyak terjadi
dikalangan masyarakat.
Melihat kerusuhan yang terjadi di Ambon, khususnya untuk umat islam yang masih
mayoritas disana sangatlah harus lebih berhati-hati. Pasalnya sering terjadinya
kerusuhan karena masalah agama. Ada yang menginginkan Ambon seluruh warganya
beragama Kristen namun sudah ada masyarakat yang beragama islam. Hal itu sangat
rentan terhadap konflik. Tidak dipungkiri bahwa tidak hanya Ambon yang
bergejolak terhadap agama. banyak wilayah yang mengatas namakan agama saat
terjadi konflik. Terkadang latar belakang konflk hanya dijadikan kedok belaka.
Bisa saja hal itu karena unsur politik.
Undang-undang
indonesia harus benar-benar ditegakkan secara adil, konflik yang sering terjadi
akan lebih sedikit dapat diminimalisir ketika undang-undang berjalan. Undang
undang diindonesia sangatlah berperan, sistem perundang undangan sangatlah
tersusun dengan baik. Yang jadi pertanyaan bagimana undang-undang dapat
dilakukan seperti seharusnya. Kerusuhan Ambon jika diselesaikan melalui
undang-undang akan banyak medapatkan pertentangan, namun undang-undang adalah
sumber hukum diindonesia yang digunakan untuk menyelesaikan masalah. Kerena undang-undang
tidak bisa diganggu gugat. Sehingga jika undang-undang berjalan semestinya akan
memperbaiki gejolak Ambon. Berbicara lagi masalah perbedaan, karena indonesia
adalah negara multikultural yang bagaimanapun harus menghargai perbedaan.
2.Pendekatan Multidimensional
Salah
satu aspek yang penting dalam menata kehidupan bersama masyarakat multikultural
adalah budaya politik. Suatu masyarakat
bangsa akan berkembang sehat kalau budaya politiknya sesuai dengan situasi
masyarakat bangsa tersebut. Keanekaragaman budaya dalam masyarakat
multikultural juga merupakan kondisi yang menuntut adanya budaya politik yang
sesuai. Indonesia adalah negara demokrasi, demokrasi sebagai budaya politik
masyarakat multikultural. Didalam masyarakat multikultural ada keanekaragaman.
Disini kita menemukan adanya keanekaragaman budaya, suku, agama, keyakinan,
nilai, cara berfikir, dengan segala kepentingnya masing-masing dibelakangnya.
Tidak jarang kita menemukan berbagai kepentingan yang tidak hanya berbeda melainkan
juga bahkan bertentangan satu sama lain. Kepentingan–kepentingan ini bukan
hanya harus dipenuhi, melainkan juga berlomba-lomba untuk dipenuhi bahkan
dengan mengabaikan kepentingan kelompok atau pihak lain; saling mendahului dan
bahkan saling meniadaka. Artinya bukan hanya ada kemungkinan bahwa
kepentngan-kepentingan itu Cuma mengejar prioritas untuk dipenuhi terlebih
dahulu dari kelompok lain, melainkan juga ada kemungkinan keinginan lain bahwa
kepentingan kelompoknya terpenuhi dan/sehingga kepentingan kelompok lain tidak
terpenuhi
Ada
wilayah keanekaragaman yang bisa disepakati, tetapi ada juga wilayah
keanekaragaman yang tidak bisa
disepakati sama sekali. Misalnya, masalah keyakinan agama merupakan hal yang
tidak bisa dikompromi. Bata-batasnya sangat jelas. Kalau anda masuk satu agama
berarti serta merta anda meninggalkan agama lain. Bahkan anda bisa dimusuhi
oleh kelompok agama yang anda tinggalkan dan dirangkul mesrah oleh kelompok
agama yang anda masuki itulah yang benar. Tidak aneh bahwa peralhan agama
dianggap sebagai pertobatan oleh pihak agama yang dimasuki, dan sebagi murtad
oleh pihak agama yang ditinggalkan.
Masyarakat
multikultural merupakan arena bagi berkembang dan hidupnya budaya politik
demokrasi dimana semua kepentingan mendapatkan tempat, perhatian, dan
penghargaan. Dalam bidaya poltik demokrasi, bukan hanya kesepakatan-kesepakatan
yang dicari melainkan juga adanya pengakuan terhadap hal-hal yang tidak dapat
disepakati menyangkut soal keyakinan da nilai-nilai kelompok dan agama
misalnya.
Kemudian
dilihat dari sudut pandang HAM, menurut Teaching Human Right yang
diterbitkan oleh Perserikatan Banga-Bangsa (PBB), Hak Asasi Manusia (HAM) adalh
hak-hak yang elekat pada stiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat
hidup sebagai manusia. Hak hidup, misalnya adalah klaim untuk memperoleh dan
melakukan segala sesuatu yang dapat membuat seseorang tetap hidup. Tanpa hak
tersebut eksistensinya sbagai manusia akan hilang.
Hak
asasi manusia tertuang dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusi.
Menurut UU ini, hak sasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikiat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi
oleh negara, hukum pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
Pelanggaran
HAM, kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud
untuk menghancurkan atau memusnahka seluruh atau sebagian kelompok bangs, ras,
kelompok etnis, dan agama. kejahatan genosida dilakukan dengan cara :
a. Membunuh anggota kelompok.
b. Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental
yang berat terhadap aggota-anggota kelompok.
c. Menciptakan kodisi kehidupan kelompok yang
akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya.
d. Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan
mencegah kelahiran didalam kelompok.
e. Memindahkan secara paksa anak-anak dari
kelompok tertentu ke kelompo lain.
Adapun kejahatan kemanusiaan adalah sesuatu
perbuatan yang dilakukan dengan serangan yang meluas dan sistematis. Adapun
serangan yang dimaksud ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil
berupa: Pembunuhan, Pemusnahan, Perbudakan, Penyiksaan Pengusiran atau
pemindahan penduduk secara paksa, Perampasan kemerdekaan atau perampasan
kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas)
ketentuan; pokok hukum internasional.
D. Penutup
Kesimpulan
Pengertian konflik, konflik merupakan sebuah pertentangan. Menurut Karl
Marx konflik adalah gejala yang selalu
melekat di dalam setiap masyarakat. Secara garis besar konflik adalah suatu hal
yang negatif. Konflik terjadi tidak hanya di Indonesia Ambon khususnya,
melainkan terjadi disemua wilayah dunia. Karena konflik akan selalu terjadi
dalam kehidupan sosial. Problematika konflik di Indonesia. Banyak sekali
probematika-problematika yang ada di Indonesia. Konflik di Ambon sebagai salah satu contohnya. Keragaman
etnis dan agama di Ambon serta proporsi
yang berimbang secara kuantitas dari berbagai unsur dan pelapisan dalam
masyarakat sesungguhnya merupakan potensi konflik yang latent sejak puluhan
tahun lalu. Sejarah panjang Ambon selalu diwarnai oleh persaingan terselubung umat islam dan
Kristen. Tak heran jika keretakan hubungan antar warga di Ambon sangat mudah
terjadi jika isu agama disulut.
Dinamika konflik dan pesan dakwah. Konflik yang terjadi dalam ras
dan suku. Pandangan yang berbeda melihat latar belakang terjadinya konflik
Ambon. Konflik antar suku bangsa, pada awalnya
dimulai dari warga suku bangsa yang merasa dirugikan oleh suatu perbuatan yang
tidak adil yang dilakukan oleh pihak lawannya, atau karena dirasakan tidak
adanya atau tidak cukupnya aturan main yang adil dan prosedur-prosedur yang
dapat digunakan untuk menjembatani perbedaan-perbedaan yang dapat memecahkan
dan menghentikan konfik tersebut (Koch, 1971 dan Parsudi 2004a). Dan ketika
melihat konflik antar agama, menjadi sorotan adalah agama islam, karena selama
ini islam sudah sangat dikenal denagan agama teroris. Padahal itu hanya
perbuatan sebagian orang. Di wilayah Ambon ada dua kubu umat beragama, antara
agama Islam dengan agama Kisten. Karena Ambon pernah dimasuki oleh bangsa
portugis, jadi perkembangan Kristen sangat pesat. Konflik sering terjadi
dikarenakan umat kristen yang menginginkan wilayahnya menjadi wilayah Kristen,
namun orang Islam tidak mau kalah dengan itu.
Mengenai perspektif dakwah multikultural. Menggunakan pendekatan
normatif yang lebih berdasar pada norma, etika, susila dan undang-undang. Dalam
dakwah harus melihat kondisi siapa yang akan diberikan pemahaman, karena bangsa
Indonesia merupakan bangsa yang multikultural, bangsa yang banyak suku, banyak
budaya sehingga perbedaan itu sudah pasti ada dan tidak dapat dihindari. Keretakan
hubungan antar warga adalah perkataan atau sikap individu atau kelompok
masyarakat yang dirasakan merendahkan dan menghinakan agama atau keyakinan
warga masyarakat lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Masroer dan Qowim Muhammad, Sumbangan Uin Sunan Kalijaga Bagi
Pengembangan Ilmu Pengetahuan Sebagai Solusi Atas Krisis Bangsa, Yogyakarta:
Bagian Kemahasiswaan UIN
Sunan Kalijaga, 2012
Fahmi Irham, perilaku organisai : teori, apliksi, dan kasus, Bandung
: Alfabeta, 2014
Ubaedillah A dan Rozak
Abdul, pendidikan kewarga[negara]an (civic Education) demokrasi, hak asasi
manusia, dan masyarakat madani, Jakarta, ICCE UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2003
Mengutip,
“http://forum.detik.com/ini-dia-penyebab-kerusuhan-bentrokan-di-ambon-2011-t288694.html”
Mengutip,”
http://pemudaindonesiabaru.blogspot.com/2011/09/penyebab-kerusuhan-ambon.html”